Menyelisik Prospek Arsiparis di Indonesia

(Disclaimer: Tulisan ini pertama kali digunakan untuk memenuhi tugas mata kuliah Standar Etika Profesi Arsiparis. Diterbitkan di sini karena penulis merasa urgensi bacaan netizen mengenai arsip masih sangat minim. Semoga tulisan ini bermanfaat dan dapat memberi insight baru bagi siapapun yang membaca. Salam)

Seorang profesional di bidang kearsipan disebut arsiparis. Arsiparis adalah seseorang yang memiliki kompetensi di bidang kearsipan yang diperoleh melalui pendidikan formal dan/atau pendidikan dan pelatihan kearsipan serta mempunyai fungsi, tugas, dan tanggung jawab melaksanakan kegiatan kearsipan. Di Indonesia, hal ihwal mengenai kearsipan merupakan lahan yang masih hijau untuk digarap. Kesempatan untuk mengembangkan di berbagai lini kearsipan masih terbuka lebar. Namun, menganganya kesempatan ini tidak diimbangi dengan gerak tanggap untuk segera mengolah disiplin keilmuan ini. Belum adanya program Strata 1 (S1), minimnya sumber daya arsiparis, anggapan masyarakat tentang kearsipan yang masih sebelah mata  adalah contoh bahwa disiplin ilmu ini belum “diakui”. Sehingga geliat kearsipan masih tampak lambat.

Dengan berbagai permasalahan yang ada tersebut, bagaimanakah prospek profesi arsiparis di Indonesia? Bagaimana kesejahteraan yang didapat seorang arsiparis? Bagaimana keadaan kuantitas dan kualitas arsiparis di Indonesia?

Saya akan membahas permasalahan ini ke dalam tiga topik dasar: Kesejahteraan, Kualitas dan Kuantitas Arsiparis.

Kesejahteraan

Diakui atau tidak, pertanyaan,

“Gaji yang didapat berapa?”

“Terjamin nggak kesejahteraannya?”

“Ah, di sana gajinya kecil. Kapan kayanya?”

kerap menjadi pertimbangan utama ketika memilih pekerjaan. I.G. Wursanto dalam bukunya Dasar-Dasar Manajemen Personalia, mengatakan bahwa kesejahteraan sosial atau jaminan sosial adalah bentuk pemberian baik dalam bentuk materi maupun non materi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan selama masa pengabdiannya ataupun setelah berhenti karena pensiun dengan tujuan untuk memberikan semangat atau dorongan kerja kepada karyawan. Bentuk konkret dari materi ialah gaji. Setiap bulannya seorang arsiparis berhak mendapatkan gaji pokok sebagai imbalan pengabdiannya kepada instansi atau perusahaan. Selain gaji pokok, arsiparis juga mendapatkan gaji tambahan karena jabatan arsiparis yang merupakan jabatan fungsional.

Saya berusaha mencari data mengenai gaji yang diperoleh arsiparis dan mendapatkan data yang dimaksud di situs gajimu.com. Gajimu melakukan survei mengenai profesi arsiparis yang melibatkan 9.884 responden mengenai profesi petugas arsip dan 13 responden yang bekerja di bidang arsip di seluruh Indonesia.

Menurut  hasil survei Gajimu, seorang arsiparis yang baru saja lulus dari jenjang pendidikan (pengalaman kerja 0 tahun), rentang gaji yang diperoleh arsiparis adalah Rp. 1.990.000,00 hingga Rp. 3.600.000,00.

gajimu fresh graduated
Grafik gaji arsiparis menurut Gajimu

Gaji yang diperolah arsiparis di survei tersebut belum ditambahkan dengan gaji tunjangan jabatan fungsional. Sehingga ada kemungkinan gaji yang didapat akan lebih banyak.

Saya kemudian mengkomparasikan pendapatan seorang arsiparis di Indonesia dengan di Amerika Serikat. Berdasarkan data yang dimiliki payscale.com, setiap tahunnya seorang arsiparis dapat mengantongi rata-rata gaji sebanyak $44.065 atau jika dikonversikan ke dalam rupiah menjadi lebih dari Rp. 576.000.000,00 (kurs $1=Rp. 13.000,00). Sehingga setiap bulannya seorang arsiparis akan mendapatkan Rp. 48.000.000,00.

gaji arsiparis amrik, payscale
Grafik gaji arsiparis di Amerika Serikat menurut Payscale

 

Tentu nominal di atas cukup menggiurkan jika diterapkan di Indonesia. Namun angka tersebut masih merupakan gaji kotor yang belum melibatkan besaran pajak di Amerika Serikat yang tidak sedikit. Golongan gaji arsiparis di atas kemungkinan bukan golongan gaji arsiparis yang baru saja lulus. Selain itu faktor biaya hidup perbulannya yang hingga berpuluh-puluh juta rupiah juga semakin menyadarkan bahwa itu nominal yang lumrah. Tapi tetap saja perbedaan dengan keadaan di Indonesia cukup signifikan.

Kedua data di atas setidaknya menunjukkan bahwa kesejahteraan arsiparis di luar negeri khususnya Amerika Serikat, lebih terjamin dibandingkan dengan Indonesia. Hal ini terjadi karena kearsipan sudah diakui keberadaannya dan masyarakatnya memahami bahwa arsip adalah aset negaranya sehingga penting untuk dijaga.

 

Kuantitas dan Kualitas Arsiparis

Kebutuhan arsiparis di Indonesia diperkirakan mencapai 142.000, tetapi jumlah yang ada hanya 3.500 lebih di seluruh Indonesia. Tenaga arsiparis yang sudah terpenuhi baru sebanyak satu per-empat puluh. Ini disebabkan universitas atau pergutuan tinggi yang membuka program studi kearsipan masih sedikit. Setidaknya terdapat empat universitas yang membuka program studi ber-Diploma III (D3) ini, di antaranya Universitas Gadjah Mada, Universitas Diponegoro, Universitas Padjadjaran, dan Universitas Indonesia.Tingkatan paling tinggi pun baru Diploma IV (D4) yang salah satunya dibuka di Universitas Terbuka di Yogyakarta.

Untuk mengatasi minimnya tenaga arsiparis ini, ANRI sudah mulai membangun Sekolah Tinggi Kearsipan yang direncanakan akan selesai tiga tahun mendatang. Upaya jangka panjang ini diharapkan mampu menaikkan citra kearsipan di masyarakat dan berdampak baik bagi kesejahteraan arsiparis.

Arsiparis di Indonesia menanggung beban yang lebih berat dibanding arsiparis di luar negeri. Di luar negeri, arsip statis dan arsip dinamis memiliki tenaga arsiparis yang berbeda untuk mengelolanya. Tapi di Indonesia, kedua jenis arsip tersebut dikelola oleh seorang tenaga arsiparis di suatu instansi atau perusahaan.

Belanda telah menyediakan akses arsipnya secara online di mana arsip tertua tercipta tahun 1567. Indonesia sudah membuka akses arsipnya secara online pula. Banyak kesamaan dalam khazanah arsip kedua negara ini. Hal yang wajar mengingat Indonesia-Belanda memiliki kedekatan historis di masa lalu. Namun tetap saja, untuk bisa melampaui–atau setidaknya menyamai–situasi kearsipan yang steady seperti di Belanda, kita masih tertinggal berpuluh-puluh tahun di belakang.

Lahan disiplin ilmu ini hijau, memang. Tapi lahan yang menganga ini tidak sejalan dengan banyaknya peminat yang bersedia menggarap.

Saya memang baru dua tahun mendalami disiplin ilmu ini. Tapi kecemasan akan masa depan di bidang ini jelas ada jika melihat konstruksi berpikir masyarakat, infrastruktur, dan stakeholder yang sepertinya masih jauh dari kata siap, dalam hal ini jika dibandingkan dengan kondisi di luar negeri.

 

life III

Hidup adalah tentang usaha mengisi tiap fragmennya menjadi bermakna, walau sedari awal tahu, hidup memang digariskan berakhir getir.

 

Mei, 2015.

Poet, Put

bongkah demi bongkah,
mengiringi ia yang sudah singgah, merekah, hingga menjadi entah
tentu harapku indah
dengan mimpi yang juga membuncah

02:01
obrolan dini hari
memang tak jarang obrolan nirfaedah
namun kita bermula dari ke-nirfaedah-an ini
semesta memang bekerja dengan caranya sendiri

bongkah demi bongkah,
sangka-duga tentu barang sekali
pernah menyapa hati.
ah, sudahi keluh ini
baiknya nikmati

bongkah demi bongkah,
aku lelah
meracau riwayat ini hingga mulut berbusa.
biarkan aku singgah pula
singgah,
sejak sorot mata ini meletakkan pandang padamu
hingga nafas akhir ini menghembus pelan di pelukmu.
bolehkah?